Selasa, 28 September 2010

Anak Unggul Lahir dari Ibu Tangguh

bu Tangguh

Pengertian ibu tangguh adalah Ibu yang mempunyai kepribadian Islam (Syakhkhshiyyah Islamiyyah) dan mampu menjalankan peran ibu. Ibu yang mempunyai kepribadian Islam akan selalu menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan di dalam berfikir dan berbuat. Ia juga memahami potensi dirinya dan mampu mengoptimalkan dalam rangka mencetak anak unggul. Untuk menjadi ibu tangguh juga harus mengetahui dan menguasai konsep pendidikan anak.
Ibu yang tangguh ketika hendak melakukan suatu perbuatan apapun ia akan berfikir terlebih dahulu dengan akal yang sudah dianugerahkan Allah. Dalam perenungannya ia merasa lemah dan serba terbatas, ia sendiri tidak tahu berapa jumlah rambut di kepalanya, ia tidak bisa mengendalikan detak jantungnya, ia tidak tahu berapa jumlah air yang dikonsumsi selama hidupnya? Ia tidak tahu kenapa ada perasaan sayang sama anak dan suaminya? Kenapa ada perasaan benci? Mengapa kita ingin memiliki? Kenapa ada rasa takut dalam dirinya ?, Kenapa harus ada rasa lapar dan haus? Kenapa dan masih banyak beribu-ribu kenapa yang tidak bisa di jawabnya. Memang, tidak hanya ibu itu tapi manusia lainpun tidak akan mampu menjawabnya kecuali hanya dugaan-dugaan. Apalagi dalam hal-hal yang ghaib. Bagaimanakah setan itu? Seperti apakah malaikat itu? Kapan hari kiamat itu? Manusia tentu tidak bisa menjawabnya.

mengajiBerdasar kesadaran akan kelemahan dan serba kurangnya yang ia peroleh dari proses berfikir (proses aqliyyah) itu, maka akan dihasilkan pola pikir Islam, maka ia menyerahkan pengaturan hidupnya kepada hukum dan peraturan Allah. Dimana Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hamba-hambanya. Ia punya keyakinan bahwa tunduk pada aturan produk manusia hanya akan mendatangkan kesengsaraan. Allah berfirman : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah : 216). Jadi ketika berfikir yang menggunakan akalnya selalu dilandasi dengan aqidah Islam yang dimilikinya, akan terwujudlah aqliyyah Islamiyyah (pola pikir Islam).

Ia akan selalu mencari tahu dengan proses berfikirnya (proses aqliyyah), Apakah perbuatannya dilarang Allah atau tidak. Kalau dilarang , maka akan ditinggalkan, jika boleh mungkin akan ia lakukan bila dibutuhkan. Sehingga tidak ada satupun baginya perbuatan yang bebas nilai. Suatu kaidah Syara : Setiap perbuatan manusia terikat pada hukum syara’ melekat dalam dirinya. Ia menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini adalah makhluk ciptaan Allah, dan tujuan diciptakannya di bumi ini adalah beribadah kepada Allah. Ia akan hati-hati dalam menjalani kehidupan ini agar sesuai dengan kehendak Kekasihnya sekaligus Penciptanya. Ia juga yakin bahwa semua perbuatannya akan dimintai pertanggung jawaban kelak, baik yang ia lakukan sembunyi sembunyi maupun ketika dilihat orang. Semua tidak ada yang lepas dari pengawasan dan penglihatan Allah. Selalu terngiang-ngiang dalam ingatannya Firman Allah QS Ath Thur :21 yang artinya “Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakan”, QS. Almuddatsir :38, yang artinya :”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya."

Ibu yang tangguh akan menggunakan akalnya untuk mengamati perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh anaknya. Bagaimana anak makan, minum, berbicara, bagaimana cara mengungkapkan rasa amarahnya, kegembiraannya, ekspresi wajahnya. Ia gunakan akalnya untuk menganalisa potensi yang dimiliki anaknya. Apakah anaknya punya rasa ingin tahu yang besar? Anak mudah menghafal, percaya diri, mudah adaptasi, aktif dan lain-lain. Ia juga berfikir keras tentang apa yang akan dilakukan dengan potensi yang dimiliki anaknya. Dengan akalnya dia juga akan membuat langkah-langkah perbaikan secara sistematis disertai dengan pemilihan cara dan penggunaan sarana yang tepat, sehingga ia tidak malas berfikir, selalu penasaran, banyak bertanya untuk kemajuan pendidikan anaknya.

Ibu yang tangguh ketika memenuhi tuntutan kebutuhan jasmaninya (makan, minum) maupun naluri-nalurinya (memiliki harta, memiliki anak), tak lepas pula ia mengikatkan dengan Aqidah Islam. Dari sini akan lahir apa yang disebut pola sikap Islam (nafsiyyah Islamiyyah) Misalnya dalam memenuhi salah satu naluri melestarikan jenisnya (gharizah nau’), ia mengkaitkan aktifitasnya dalam mendidik anak dengan keyakinanya (aqidahnya). Ia sadar bahwa anak adalah amanah dari Allah yang harus dipertanggung jawabkan, maka akan melahirkan sikap bahwa ia akan melakukan penjagaan terhadap anak tersebut dan akan mendidiknya sebaik-baiknya sebagai kehendak Sang Pemberi Amanah. Contoh nafsiyyah Islam yang lain adalah Ibu senantiasa berupaya sungguh-sungguh agar kebutuhan anaknya terpenuhi (gizi makan, minum dan lain-lain), ibu selalu menginginkan kehidupan anaknya menjadi sholeh, ingin anaknya memiliki prestasi yang membanggakan, ingin kehidupan anaknya lebih baik dari dirinya, ibu memiliki kasih sayang yang luas.

Proses pengkaitan antara dorongan yang muncul dari kebutuhan jasmani serta naluri ini disebut nafsiyyah Islamiyyah. Ibu yang memiliki pola pikir Islam (Aqliyyah Islam) dan pola sikap Islam (Nafsiyyah Islam) disebut berkepribadian Islam atau bersyakhshiyyah Islam.

Ibu yang beraqliyyah Islam, dalam menjalani step-step mendidik, mengarahkan anaknya selalu ia lekatkan dengan perintah robbnya dan akan mencari bagaimana Islam memberikan petunjuk di dalam mendidik anak usia dini. Ketika menjumpai anaknya berbuat salah, ia berfikir dulu sebelum mengambil sikap apapun. Ia cermati, kenapa si anak melakukan aktivitas yang menurut orangtua salah? Apakah perbuatan itu dia sengaja atau tidak, dia tahu apa tidak bahwa perbuatan itu salah, apakah fatal atau tidak akibatnya, apakah anak hanya meniru orang lain yang tanpa mengerti maksudnya?. Apakah ibu layak memarahi ketika ternyata perbuatan itu tidak disengaja oleh anak atau hanya meniru tanpa tahu maknanya? Misalnya anak berkata kotor saat masih balita. Pada anak usia dini, ia juga menyadari bahwa proses berfikir belumlah sempurna, tepatkah ibu menghukum anak dengan pukulan? Ibu yang tangguh akan berfikir bahwa belum waktunya kita memberikan hukuman fisik semacam pukulan karena ia tahu bahwa tuntunan hadits membolehkan orangtua menghukum secara fisik ketika umur anak mencapai 10 tahun, itupun ketika cara-cara lain sudah tidak mempan. Ia akan bertindak cukup dengan menjelaskan pada anak tentang efek tidak disenangi pada orang lain. Seberapa besarnya kesalahan anak usia dininya, dia akan cari solusi yang pas dan tidak melanggar hukum Allah, agar tidak berefek buruk pada anaknya kelak di kemudian hari.

Demikian pula ketika anak menghilangkan barang berharga seperti handphone. Ibu tangguh akan memilih bertanya kepada anak, kemana tadi HP di bawa? Hal ini memungkinkan masih bisa dirunut sehingga mungkin diketemukan dari pada marahin anak dengan berteriak-teriak, karena dengan marah tidak bisa HP kembali dan anakpun akan menerima pelajaran buruk yaitu marah bila dikecewakan orang nantinya. Ibu juga tidak akan menipu atau berbohong pada anak, karena hal itu tidak diperkenankan oleh Alloh. Ibu yang punya pola pikir Islam akan memahami apa saja yang dibolehkan dan yang tidak diperbolehkan saat mendidik anak.

Ibu yang beraqliyyah Islam dia akan memahami konsep Ibu di dalam Islam, bahwa Ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anaknya, dan ini merupakan kewajibannya yang tidak digantikan oleh siapa pun. Ia juga akan mampu menghukumi fakta didasarkan pada aqidah Islam, misalkan air kencing anaknya yang belum makan selain ASI ketika mengenai bajunya. Ia juga tidak berupaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan dalam mendidik anaknya. Yah, ia akan jadi ibu yang tangguh, yang memiliki daya juang yang tinggi demi masa depan anak dan ummat manusia secara keseluruhan.

http://www.tpamujahidin.com/index.php?option=com_content&view=article&id=49%3Aanak-unggul-lahir-dari-ibu-tangguh&catid=7%3Apendidikan&Itemid=10&limitstart=4

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004). Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode emas ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) sejak tahun 1980, namun implementasinya belum memasyarakat. Hasil penelitian Herawati (2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265 keluarga yang diteliti, hanya terdapat 15% yang mengetahui program BKB. Faktor penentu lain dari kurang memasyarakatnya program BKB adalah rendahnya tingkat partisipasi orang tua. Kemudian pada tahun 2001, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda mengeluarkan program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Namun keberadaan program tersebut sampai saat ini belum menjangkau tingkat pedesaan secara merata, sehingga belum dapat diakses langsung oleh masyarakat.

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia. Tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Di Indonesia sesuai pasal 28 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia telah ditempatkan sejajar dengan pendidikan lainnya. Bahkan pada puncak acara peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2003, Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan pelaksanaan pendidikan anak usia dini di seluruh Indonesia demi kepentingan terbaik anak Indonesia (Direktorat PAUD, 2004).



PAUD Berbasis Aqidah Islam

Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk generasi berkualitas pemimpin, yakni (1) berkepribadian Islam,(2) menguasai tsaqofah Islam, dan (3) menguasai ilmu kehidupan (sains dan teknologi) yang memadai. Apabila ke tiga tujuan ini tercapai, maka akan terwujudlah generasi pemimpin yang individunya memiliki ciri sebagai insan yang sholeh/sholehah, sehat, cerdas dan peduli bangsa.

Setiap orang harus siap untuk menjadi pemimpin. Karena kepemimpinan itu sebuah sunatullah dan merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT kelak. Sebagaimana ditegaskan didalam sabda Rasulullah SAW: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya... (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dari Ibnu Umar).

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam ini sangat erat kaitannya dengan sistem hidup Islam. Sebagai bagian yang menyatu (integral) dari sistem kehidupan Islam, pendidikan memperoleh masukan dari supra sistem, yakni keluarga dan masyarakat atau lingkungan, dan memberikan hasil/keluaran bagi suprasistem tersebut. Sementara sub-sub sistem yang membentuk sistem pendidikan antara lain adalah tujuan pendidikan itu sendiri, anak didik (pelajar/mahasiswa), manajemen, struktur dan jadwal waktu, materi, tenaga pendidik/pengajar dan pelaksana, alat bantu belajar, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian dan biaya pendidikan.

Interaksi fungsional antar subsistem pendidikan dikenal sebagai proses pendidikan. Proses pendidikan dapat terjadi di mana saja, sehingga berdasarkan pengorganisasian serta struktur dan tempat terjadinya proses tersebut dikenal adanya pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Melalui proses ini diperoleh hasil pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Untuk menjaga kesinambungan proses pendidikan dalam menjabarkan pencapaian tujuan pendidikan, maka keberadaan kurikulum pendidikan yang integral menjadi suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Kurikulum pendidikan integral sangatlah khas dan unik. Kurikulum ini memiliki ciri- ciri yang sangat menonjol pada arah, azas, dan tujuan pendidikan, unsur-unsur pelaksana pendidikan serta pada struktur kurikulumnya.

Azas pendidikan Islam adalah aqidah Islam. Azas ini berpengaruh dalam penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru, budaya yang dikembangkan dan interaksi diantara semua komponen penyelenggara pendidikan. Yang dimaksud dengan menjadikan aqidah Islam sebagai azas atau dasar dari ilmu pengetahuan adalah menjadikan aqidah Islam sebagai standar penilaian. Dengan istilah lain, aqidah Islam difungsikan sebagai kaidah atau tolak ukur pemikiran dan perbuatan. Oleh sebab itu, implementasi pendidikan anak usia dini adalah PAUD BAI.

Pihak-Pihak yang Berperan dalam PAUD

Pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan anak usia dini adalah pemerintah (negara), masyarakat dan keluarga. Keluarga adalah institusi pertama yang melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Disanalah pertama kali dasar?dasar kepribadian anak dibangun. Anak dibimbing bagaimana ia mengenal Penciptanya agar kelak ia hanya mengabdi kepada Sang Pencipta Allah SWT. Demikian pula dengan pengajaran perilaku dan budi pekerti anak yang didapatkan dari sikap keseharian orangtua ketika bergaul dengan mereka. Bagaimana ia diajarkan untuk memilih kalimat?kalimat yang baik, sikap sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang halal yang akan mereka gunakan. Kesimpulannya, potensi dasar untuk membentuk generasi berkualitas dipersiapkan oleh keluarga.

Masyarakat yang menjadi lingkungan anak menjalani aktivitas sosialnya mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi baik buruknya proses pendidikan, karena anak satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Interaksi dalam lingkungan ini sangat diperlukan dan berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik maupun biologis. Oleh sebab itu masalah?masalah yang akan dihadapi anak ketika berinteraksi dalam masyarakat harus difahami agar kita dapat mengupayakan solusinya. Masyarakat yang terdiri dari sekumpulan orang yang mempunyai pemikiran dan perasaan yang sama serta interaksi mereka diatur dengan aturan yang sama, tatkala masing?masing memandang betapa pentingnya menjaga suasana kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi maka semua orang akan sepakat memandang mana perkara-perkara yang akan membawa pengaruh positif dan mana yang membawa pengaruh negatif bagi pendidikan generasi. Sedapat mungkin perkara negatif yang akan menjerumuskan anak akan dicegah bersama. Disinilah peran masyarakat sebagai kontrol sosial untuk terwujudnya generasi ideal. Masyarakat yang menjadi lingkungan hidup generasi tidak saja para tetangganya tetapi juga termasuk sekolah dan masyarakat dalam satu negara. Karena itu para tetangga, para pendidik dan juga pemerintah sebagai penyelenggara urusan negara bertanggung jawab dalam proses pendidikan generasi.

Selain keluarga dan sekolah, partai dan organisasi masyarakat seperti majelis ta’lim, mempunyai peran dalam melahirkan generasi berkualitas pemimpin. Disanalah generasi akan dibina untuk menjadi politikus yang ulung dan tangguh. Oleh sebab itu, partai dan ormas ini juga berperan dalam membina para ibu agar ibu dapat mendidik generasi secara baik dan benar. Dari seluruh pihak yang mempunyai tanggungjawab dalam mendidik generasi cerdas, generasi peduli bangsa, tentu negaralah yang mempunyai peran terbesar dan terpenting dalam menjamin berlangsungnya proses pendidikan generasi.

Negara bertanggung jawab mengatur suguhan yang ditayangkan dalam media elektronik dan juga mengatur dan mengawasi penerbitan seluruh media cetak. Negara berkewajiban menindak perilaku penyimpangan yang berdampak buruk pada masyarakat dll. Negara sebagai penyelenggara pendidikan generasi yang utama, wajib mencukupi segala sarana untuk memenuhi kebutuhan pendidikan umat secara layak. Atas dasar ini negara wajib menyempurnakan pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya. Kebijakan pendidikan bebas biaya akan membuka peluang yang sebesar?besarnya bagi setiap individu rakyat untuk mengenyam pendidikan, sehingga pendidikan tidak hanya menyentuh kalangan tertentu (yang mampu) saja, dan tidak lagi dijadikan ajang bisnis yang bisa mengurangi mutu pendidikan itu sendiri. Padahal mutu pendidikan sangat mempengaruhi corak generasi yang dihasilkannya.

Negara wajib menyediakan tenaga-tenaga pendidik yang handal. Mereka yang memiliki kepribadian Islam yang luhur, punya semangat pengabdian yang tinggi dan mengerti filosofi pendidikan generasi serta cara?cara yang harus dilakukannya, karena mereka adalah tauladan bagi anak didiknya. Kelemahan sifat pada pendidik berpengaruh besar terhadap pola pendidikan generasi. Seorang guru tidak hanya menjadi penyampai ilmu pada muridnya tetapi ia seorang pendidik dan pembina generasi. Agar para pendidik bersemangat dalam menjalankan tugasnya tentu saja negara harus menjamin kehidupan materi mereka. Ini dapat memberi motivasi lebih pada mereka meski tugas mereka tidak ditujukan semata untuk memperoleh materi, tetapi merupakan ibadah yang mempunyai nilai tersendiri di sisi Allah SWT. Betapa besar jasa para pendidik yang hingga ada ungkapan: "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Tentu saja pengabdian mereka harus mendapat penghargaan, dan ini merupakan tanggungjawab negara.
sumber: www.eldina.com

KERJA= KAFA’AH, HIMMATUL AMAL DAN AMANAH

KERJA= KAFA’AH, HIMMATUL AMAL DAN AMANAH
Bekerja – termasuk berbisnis di dalamnya - khususnya bagi orang yang memiliki tanggungan, wajib hukumnya. Karenanya, bekerja merupakan aktivitas yang tidak kalah mulia dibanding misalnya dengan kegiatan ibadah shalat. Orang yang sibuk bekerja mendapat kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah SWT karena telah menunaikan salah satu kewajiban.
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kalian berusaha (bekerja), maka hendaklah kalian berusaha.” (HR. Thabrani)
“Mencari yang halal itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Thabrani)
Selain memerintahkan bekerja, Islam juga memberikan tuntunan kepada setiap Muslim agar dalam bekerja di bidang apapun haruslah mempunyai sikap yang profesional. Profesionalime menurut pandangan Islam dicirikan oleh tiga hal, yakni (1) kafa`ah, yaitu adanya keahlian dan kecakapan dalam bidang pekerjaan yang dilakukan; (2) himmatul ‘amal, yakni memiliki semangat atau etos kerja yang tinggi; dan (3) amanah, yakni terpercaya dan bertanggungjawab dalam menjalankan berbagai tugas dan kewajibannya serta tidak berkhianat terhadap jabatan yang didudukinya.
Untuk mewujudkan pekerja muslim yang profesional, Islam telah memberikan tuntunan yang yang sangat jelas. Kafa’ah atau keahlian dan kecakapan diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman; (2) Himmatu al-‘amal atau etos kerja yang tinggi diraih dengan jalan menjadikan motivasi ibadah sebagai pendorong utama di samping motivasi penghargaan (reward) dan hukuman (punishment); serta (3) Amanah atau sifat terpercaya dan bertanggungjawab diperoleh dengan menjadikan tauhid sebagai unsur pendorong dan pengontrol utama tingkah laku.
BEKERJA SUNGGUH-SUNGGUH MENGHAPUS DOSA!
Bekerja dengan sungguh-sungguh menurut sejumlah hadits dapat menghapus dosa, yang tidak bisa dihapus oleh aktivitas ibadah ritual sekalipun.
Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni.” (HR. Ahmad)
“Sesungguhnya di antara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bisa terhapus (ditebus) oleh (pahala) shaum dan Shalat. Ditanyakan pada Beliau: ‘Apakah yang dapat menghapuskannya, Ya Rasulullah ?” Jawab Rasul SAW: “Kesusahan (bekerja) dalam mencari nafkah penghidupan” (HR. Abu Nu’aim)
“Sesungguhnya di antara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bisa terhapus (ditebus) oleh (pahala) shalat, shadaqah (zakat), ataupun haji. Namun hanya dapat ditebus dengan kesusahan dalam mencari nafkah penghidupan.” (HR. Thabrani)
Jika, bekerja sungguh-sungguh saja menghapus dosa, maka sudah semestinya seorang muslim – termasuk para pebisnisnya - dalam menjalankan setiap pekerjaan haruslah bersungguh-sungguh dan penuh semangat. Dengan kata lain, harus dengan etos kerja yang tinggi. Seorang muslim adalah seorang pekerja lebih (smart-worker), mempunyai disiplin yang tinggi, produktif dan inovatif.
TELADAN ‘KERJA LEBIH’ DARI PARA NABI
Para Nabi yang merupakan manusia-manusia terbaik pilihan Allah SWT, dapat dikategorikan sebagai orang-orang yang selalu bekerja lebih di bidangnya, oleh sebab mencari nafkah untuk diri dan keluarganya serta menjadi teladan dan panutan bagi umatnya (At Tamimi, 1995).
Nabi Daud adalah salah satu pengrajin daun kurma yang amat getol bekerja. Menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Dalam hadist yang diriwayatkan Hakim, Nabi Daud juga dikenal sebagai pembuat baju besi.
Nabi Idris adalah penjahit yang selalu menyedekahkan kelebihan dari hasil usahanya setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat sederhana. Nabi Zakaria dikenal sebagai tukang kayu. Sementara Nabi Musa adalah seorang penggembala.
Rasulullah Muhammad SAW adalah juga pedagang yang memiliki reputasi usaha dan integritas pribadi tinggi. Bahkan sebelum masa kenabiannya, penduduk Mekah sendiri telah memanggilnya dengan gelar Siddiq (jujur) dan Al Amin (terpercaya). Pekerjaan berdagang itu dilakukan Nabi SAW setelah pernah bekerja sebagai penggembala domba milik orang-orang Mekkah.
Sikap kerja lebih juga ditampakkan oleh generasi shahabat Rasulullah SAW dan para imam. Abdurrahman bin Auf, melalui kelihaiannya membaca peluang yang ada, bahkan berhasil menyingkirkan peran para pengusaha Yahudi sebagai pelaku ekonomi utama di Madinah saat itu. Utsman bin Affan, dengan kerja lebih, usaha dagangnya (bahan pakaian) membesar hingga menjadi sebuah konglomerasi usaha yang membawa banyak kebaikan bagi umat Islam di Madinah. lmam Abu Hanifah, selain sibuk mengurus umat dan menjaga syariah juga adalah seorang pedagang bahan pakaian yang amat jujur dan berhasil (At Tamimi, 1995; Afzalurrahman, 1997).
http://drise-online.com/index.php/muslim-preneur/42-kerja-kafaah-himmatul-amal-dan-amanah

Teladan "Kerja Lebih" dari Para Nabi

Para Nabi yang merupakan manusia-manusia terbaik pilihan Allah SWT, dapat dikategorikan sebagai orang-orang yang selalu bekerja lebih di bidangnya, oleh sebab mencari nafkah untuk diri dan keluarganya serta menjadi teladan dan panutan bagi umatnya (At Tamimi, 1995).
Nabi Daud adalah salah satu pengrajin daun kurma yang amat getol bekerja. Menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Dalam hadist yang diriwayatkan Hakim, Nabi Daud juga dikenal sebagai pembuat baju besi.
Nabi Idris adalah penjahit yang selalu menyedekahkan kelebihan dari hasil usahanya setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat sederhana. Nabi Zakaria dikenal sebagai tukang kayu. Sementara Nabi Musa adalah seorang penggembala.
Rasulullah Muhammad SAW adalah juga pedagang yang memiliki reputasi usaha dan integritas pribadi tinggi. Bahkan sebelum masa kenabiannya, penduduk Mekah sendiri telah memanggilnya dengan gelar Siddiq (jujur) dan Al Amin (terpercaya). Pekerjaan berdagang itu dilakukan Nabi SAW setelah pernah bekerja sebagai penggembala domba milik orang-orang Mekkah.
Sikap kerja lebih juga ditampakkan oleh generasi shahabat Rasulullah SAW dan para imam. Abdurrahman bin Auf, melalui kelihaiannya membaca peluang yang ada, bahkan berhasil menyingkirkan peran para pengusaha Yahudi sebagai pelaku ekonomi utama di Madinah saat itu. Utsman bin Affan, dengan kerja lebih, usaha dagangnya (bahan pakaian) membesar hingga menjadi sebuah konglomerasi usaha yang membawa banyak kebaikan bagi umat Islam di Madinah. lmam Abu Hanifah, selain sibuk mengurus umat dan menjaga syariah juga adalah seorang pedagang bahan pakaian yang amat jujur dan berhasil (At Tamimi, 1995; Afzalurrahman, 1997).
http://drise-online.com/index.php/muslim-preneur/42-kerja-kafaah-himmatul-amal-dan-amanah

Sabtu, 18 September 2010

Dimanakah al-Mu’tashim untuk Menghalangi Pembakaran al-Quran di Amerika?

Media massa memberitakan bahwa seorang pendeta yang disebut Tery Jones, seorang yang hina diusir oleh teman-temannya dari gereja Jerman. Sebelumnya ia telah divonis bersalah oleh pengadilan Jerman dan divonis bersalah telah melakukan manipulasi. Pendeta Tery Jones bertekad membakar mushhaf al-Quran al-Karim bersama dengan pendukungnya yang tidak lebih dari puluhan orang di Dove World Outreach Center sebuah gereja di Florida pada hari Sabtu dalam peringatan 11 September 2001. Sebagian pejabat barat meneteskan air mata penyesalan atas rencana perbuatan pendeta Jones itu untuk menampakkan protes dan kecaman mereka terhadap perbuatan itu seraya menegaskan bahwa mereka menghormati agama Islam.

Orang yang memperhatikan sejarah hubungan barat dengan Islam akan menemukan bahwa politik metodologis yang ditempuh sejak berabad-abad dan diterapkan oleh persekutuan kekuasaan gereja dengan kekuasaan politik bertujuan menciptakan kebencian yang berurat berakar di dalam hati barat terhadap Islam dan pemeluknya.

Contoh paling jelas dari hal itu adalah sikap Kanselir Jerman Angela Merkel yang menggambarkan rencana pembakaran al-Quran hari Sabtu dalam peringatan 11 September itu sebagai “sama sekali tidak menghormati, ofensif dan salah”. Ia mengatakan bahwa kebebasan “selalu berkaitan dengan tanggungjawab”.

Berkaitan dengan ucapannya itu, maka dahulu ia memberi penghormatan kepada penjahat Denmark yang menistakan Nabi saw ketika menyebarkan kartun penghinaan, ucapannya itu dikeluarkan dalam perayaan Rabu sore tanggal 8 September 2010 di depan federasi A 100 di depan berbagai media massa di kota Postdam Jerman. Kenyataannya, pendeta Jones itu, seandainya ia tidak mendapati semua dukungan dari berbagai organisasi berkuasa dan media-media massa yang menjadi kepanjangan tangan mereka yang menguatkan api kebencian dan kedengkian terhadap Islam dan kaum muslim, niscaya tidak ada seorangpun di dunia yang mendengarkan kedunguannya. Akan tetapi, langkah Jones itu sebenarnya bergerak dalam melayani politik imperialisme barat, di mana Amerika menghadapi serangkaian krisis yang ia tidak bisa keluar dari krisis itu kecuali di atas jasad dan darah umat Islam dan perampokan kekayaan mereka. Dari sini ada kebutuhan terus menerus untuk menciptakan hantu dan monster bahaya Islami setelah runtuh dan lenyapnya bahaya komunisme.

Pernyataan Merkel yang bernada tinggi di depan media massa itu merupakan bukti terbesar atas kemunafikan Merkel dan kemunafikan politik barat. Kemunafikan itu hanya bisa diimbangi oleh kemunafikan dan kebohongan pernyataan para pejabat Amerika bahwa mereka menghormati Islam, bahkan sebagian dari mereka pergi menghadiri buka puasa ramadhan.

Jhon Brennan penasehat senior Obama untuk urusan terorisme menyatakan dan ia memeriksa lembaran-lembaran dokumen strategi keamanan yang baru yang diumumkan oleh presiden Obama pada akhir bulan Mei lalu bahwa Amerika Serikat “tidak menganggap dirinya sedang berperang melawan Islam”. Ia mengklaim “kami tidak akan dan tidak akan pernah selamanya berada dalam perang melawan Islam”.

Adapun terbunuhnya ratusan ribu kaum muslim baik laki-laki, perempuan dan anak-anak di Irak, Afganistan, Palestina dan Lebanon maka kami tidak tahu semua itu dianggap apa oleh Mr. Brennan? Bisa jadi ia tidak menganggapnya lebih dari takdir (biaya) tak terelakkan (manifest destiny) –ungkapan Amerika sebanding dengan “beban laki-laki kulit putih” (The White man Burden), sebuah ungkapan Inggris yang menjustifikasi pembangunan kekaisaran Inggris di atas jutaan korban selama invasi imprialisme pada abad ke sembilan belas-. Perang terhadap Islam dan kaum muslim tidak pernah berhenti sejak Nabi saw diutus. Hal itu ditegaskan oleh mantan presiden AS, Bush, dengan menggambarkan sebagai “perang salib”. Saat ini kita hidup dalam bagian-bagian yang mengerikan dalam bentuk pendudukan, pembunuhan, pencacian Nabi kekasih kita, pembakaran al-Quran al-Karim, pelarangan hijab dan syiar-syiar Islam lainnya. Maha benar Allah SWT yang berfirman:

قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآياتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS Ali Imran [3]: 118)

Wahai Kaum Muslim

· Beredar dalam ucapan sebagian orang bahwa perbuatan orang rendahan itu menghinakan dan merendahkan dia dan kaumnya serta menelanjangi aib dan kemunafikan peradaban barat. Meski perkataan itu benar, namun itu bukan pokok bahasannya. Pokok bahasannya adalah hukum syara’ yang wajib ditebus oleh kaum muslim dengan darah dan nyawa, dan yang wajib menghalangi kelancangan orang-orang hina terhadap kehormatan agama bahkan kehormatan kaum muslim sebagaimana yang terjadi dalam kejadian pelanggaran yang dilakukan oleh seorang Yahudi terhadap kehormatan seorang wanita. Hal itu merupakan pelanggaran perjanjian bani Qainuqa’ dengan Rasulullah saw, maka Rasul pun mengusir mereka dari Madinah Munawarah.

· Jika kaum muslim sibuk “berkoar” dibelakang tuan mereka yang ada di istana-istana barat dari pada membela agama Allah, bahkan mereka justru berlomba dalam memerangi Allah dan Rasul-Nya untuk menyenangkan Amerika dalam apa yang disebut perang melawan terorisme, maka kewajiban syar’inya adalah umat wajib mencabut para penguasa itu dan selanjutnya membaiat seorang imam yang memerintah menurut Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya dan menerapkan hukum-hukum syara’, melindungi kemuliaan kaum muslim dan mempertahankan kehormatan dan kemuliaan mereka, agar orang-orang hina tidak berani lancang terhadap mereka.

· Kewajiban terendah dan segera bagi umat Islam seluruhnya adalah hendaknya mereka tidak tidur hingga para duta negara-negara imperialis diusir dari negeri-negeri kita. Dan hendaknya mereka mengumumkan jihad untuk mengusir semua pengaruh militer barat agressor di negeri-negeri kaum muslim. Kaedah syar’i menyatakan “suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib”. Dan bahwa hal itu tidak akan sempurna di bawah penguasa yang menjual diri mereka kepada setan, maka Islam mewajibkan untuk mencabut kekuasaan mereka hari ini, bukan besok; dan membaiat seorang penguasa yang memerintah menurut apa yang telah diturunkan oleh Allah, menjunjung tinggi panji jihad, memimpin armada kaum muslim untuk membebaskan negeri-negeri yang diduduki di Irak, Afganistan, Palestina dan lainnya. Juga mengambil langkah tegas yang membuat para penguasa negara-negara barat berpikir ulang seribu kali sebelum berani lancang terhadap kehormatan dan syiar-syiar Islam baik dalam bentuk pembangunan masjid atau pelaksanaan kewajiban syar’i dalam berhijab dan lainnya. Pada saat itu seorang muslim tidak perlu hidup dalam kerendahan dan ketidakadilan di masyarakat barat yang menyerang agamanya pagi dan petang.

Allah SWT berfirman:

كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS Mujadilah [58]: 21)

Utsman Bakhash

Direktur Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir

(sumber : Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir; No : 1431 H / 13; Tanggal: 30 Ramadhan 1431 H / 09 September 2010 M)

Jika Keuangan Keluarga Terbatas

Assalamualikum, Wr, Wb‎
Begini teh, saya pernah membaca sebuah artikel disalah satu media cetak yang ‎membahas tentang masalah financial sebuah keluarga yang serba terbatas.‎
Saya ini hendak menikah secara financial serba terbatas. Apalagi saya masih baru ‎bekerja dengan penghasilan yang minim dan itupun mungkin hanya bisa mencukupi ‎kebutuhan pokok saja, sedangkan calon istri saya ini dari keluarga mampu dan selalu ‎kecukupan, dan segala kebutuhannya selalu terpenuhi secara materi.‎
Harapan saya nanti ketika sudah menikah tentunya bersama istri saya kelak bisa ‎hidup mandiri tanpa menggantungkan orang tua. Oleh karena itu bagaimana cara ‎keluarga saya nanti bisa sukses dalam masalah finansialnya, mohon penjelasannya dan ‎terimakasih atas sarannya. (Kusuma, Bali)‎

Wassalmualikum Wr, Wb.‎
Kusuma yang baik, ,, ‎
Menikah memang bukan hal yang mudah, semuanya haruslah dipertimbangkan, ‎masalah finansialpun merupakan hal yang penting juga untuk dipertimbangkan. ‎Terutamanya menjadi seorang suami, dia haruslah paham terhadap peran, tugas dan ‎kewajibannya sebagai kepala rumah tangga dengan kewajiban menafkahi istri dan anak-‎anaknya dengan usaha yang halal.‎
Nafkah adalah sesuatu yang urgen untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam ‎keluarga karena dalam hal ini bersifat asasi atau mendasar maka dengan financial yang ‎cukup bisa dikatakan keluarga akan sejahtera, namun perlu diingat bahwa nafkah yang ‎diberikan seorang suami terhadap keluarganya haruslah halal walaupun minim.‎
Anggota keluarga haruslah senantiasa mensyukuri dan merasa cukup atas riski ‎yang diberikan oleh Allah kepada keluarga tersebut. Jika suami istri tidak merasa ‎demikian, sebesar apapun pendapatan yang di dapat keluarga tersebut akan senantiasa ‎merasa kekurangan, tidak punya rasa cukup atas riski yang diberikan, so Qonaah is the ‎key to be success financial. Nah dikatakan sukses itukan, selama seseorang itu melewati ‎segala aktifitas dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Maka ‎kita haruslah yakin bahwa Allah ar Rozaq dan al Ghoni, selama manusia bisa bernafas, ‎pasti riski itu ada ‎
Kusuma yang baik, ‎
Seorang suami adalah kepala rumah tangga dengan kewajibannya menafkahi ‎keluarganya, sedangkan seorang istri pun mempunyai tugas dan perannya menjadi ibu ‎yang baik untuk anak-anaknya serta manager rumah tangganya. Seorang manager ‎pastinya harus mempunyai keahlian dalam mengatur rumah tangganya terutama dalam ‎hal finansialnya, agar sukses mengelola financialnya seorang istri harus tahu mengetahui ‎menjadi manager yang top cer dalam pengaturan keuangannya, ‎
Seorang istri haruslah mengenali tipe manager keuangan keluarga.‎
Jika seorang istri itu mempunyai tipe penghemat bukan menjadi masalah ketika kondisi ‎keungan keluarga terbatas, namun yang menjadi masalah jika istri mempunyai ‎kebiasaaan boros, maka seorang istri haruslah segara menyadari keadaan dirinya yang ‎bertipe pemboros.‎
‎ ‎ Seorang istri haruslah paham mengenai skala prioriotas mana yang menjadi ‎kebutuhan keluarga dan mana yang termasuk keinginan semata, seorang istri mustinya ‎mempunyai keahlian dalam pengelolaan keuangan misalnya membuat anggaran ‎kebutuhan keluarga , harus teliti, jeli, cermat serta punya planning program dalam ‎mengkonstruk atau menyususn anggaran keluarga dengan baik.‎
Jika seorang istri yang dulunya dari keluarga yang serba kecukupan, segala ‎kebutuhannya selama sebelum menikah dipenuhi orang tuanya, tinggal minta langsung ‎dating. Memang sulit untuk beradaptasi dengan kondisi yang berbeda dengan ‎sebelumnya, maka seorang suami bisa memberikan pemahaman kepada istri dengan ‎kondisinya agar qonaah, sabar serta mensyukuri apa yang telah diberikan Allah.‎
Kusuma yang baik,,‎
Selama istri tersebut memahami dan cerdas, InsyaAllah seorang istri akan menjadi ‎partner luar biasa untuk suaminya , seorang istri sholihah akan senantiasa mensyukuri ‎dengan gaji suami yang pas-pasan tetap taat dan patuh kepada suami selama tidak ‎melanggar aturan Allah, jika suami mengijinkan seorang istri bisa membantu suami ‎mencarikan informasi pekerjaan lain atau seorang istri boleh mnecoba usaha tambahan ‎untuk membantu menyokong ekonomi keluarga asalkan istri tidak mengabaikan peran ‎utamanya sebagai ibu dan manager rumah tangganya.‎
Yach…semoga Allah senantiasa memudahkan dan meridhoi selama kita benar-‎benar ikhlas dalam melakukan segala aktifitas dengan penuh ketaqwaan.‎
Wallahu alam bi showab.‎

Kamis, 19 Agustus 2010

Menuju Keluarga SAMARA

Assalamulaikum, wr, wb. Mohon dijelaskan ini the saya kan mau menikah untuk menuju pernikahan yang dikatakan sakinah mawaddah warahmah itu bagaimana sich teh? (Rini Mjk)

Wa’alaikum salam Wr, Wb. Mbak Rini yang baik,,,
Rumah tangga sakinah, mawaddah wa rahmah adalah dambaan setiap pasangan. Namun, yang menjadi pertanyaan bagi kebanyakan pasangan pula adalah: bagaimana menggapai rumah tangga sakinah, mawaddah wa rahmah, begitu khan??? Coba kita renungkan Firman Allah sebagai berikut:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”(QS. Ar-Ruum [30]: 21)
Keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA)…. Mungkin ada yg brtanya, apa sih yg di maksud dgn “Keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah”…? Oke, langsung saja ya…
Pertama, sakinah (ketentraman)
Ia bermakna kecenderungan dan kecondongan hati. Artinya seorang lelaki (suami) senang dan merasa tenteram jika berada di samping wanita (isterinya).
Kedua, mawaddah (cinta)
Secara umum maknanya adalah kecintaan suami kepada isterinya yang pastinya karena Allah donk.
Ketiga, rahmah (kasih sayang)
rahmah sebagai bentuk kasih sayang yang wujudnya lebih dalam dari sekedar cinta. Ia terwujud dalam sikap suami yang melindungi, mengayomi, dan tidak ingin isterinya mendapat celaka dan gangguan. Dan mengetahui serta memahami peran masing-masing begitu mbak Rini yang baik.
ya ada kisah sich yang bisa diambil hikmahnya, tentang seorang ibu yang memberi pesan apada anak perempuannya, begini Pada malam pernikahan putrinya, Umamah binti Harits yang dikenal dengan Ummu Iyas binti Auf, seorang wanita pemuka Arab, menyampaikan pesan yang sangat indah kepada putrinya.Umamah berkata, “Putriku, sekarang engkau akan meninggalkan suasana dimana engkau dilahirkan, meninggalkan kehidupan dimana engkau dibesarkan. Sekiranya ada wanita yang tidak butuh suami karena merasa cukup dengan kedua orang tuanya, atau kedua orang tuanya membutuhkannya, engkaulah wanita yang paling tidak membutuhkan suami. Tetapi, wanita diciptakan untuk laki-laki dan laki-laki diciptakan untuk wanita. Karena itu, aku wasiatkan kepadamu sepuluh hal:
• Pertama dan Kedua: patuhilah suamimu dengan penuh keridhaan; dengar dan taatilah ia dengan baik.
• Ketiga dan keempat: perhatikanlah pandangan dan penciumannya; jangan sampai pandangannya melihat sesuatu yang buruk padamu, dan jangan sampai ia mencium darimu selain bau harum.
• Kelima dan keenam : perhatikanlah waktu tidur dan makannya, karena lapar yang sangat dan kurang tidur dapat membuatnya terbakar amarah.
• Ketujuh dan kedelapan: jagalah hartanya dan peliharalah keluarganya. Menjaga harta dengan baik adalah dengan membuat anggaran secara baik, dan inti urusan keluarga adalah baik dalam mengatur.
• Kesembilan dan kesepuluh : Janganlah mendurhakai perintahnya dan jangan pula membuka rahasianya. Sebab, jika engkau mendurhakai perintahnya, engkau akan melukai hatinya, dan jika engkau membuka rahasianya, engkau tidak akan merasa aman dari pengkhianatannya.
• Selanjutnya, perhatikan baik-baik, jangan sampai engkau menampakkan kegembiraan di hadapannya ketika ia sedang bersedih, dan jangan sampai menampakkan kesedihan ketika ia bergembira.”
pesan seorang ibu yang sangat luar biasa untuk menggapai rahmah dalam rumah tangga putrinya, guna menggapai kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat.Kebahagiaan pasangan suami istri hanya dapat terwujud jika ada kerjasama dan saling pengertian di antara keduanya. Kebahagiaan pasangan suami istri terletak pada bagaimana pasangan itu mengelola rumah tangganya dengan baik, saling menghormati, saling memuliakan, dan tidak saling menghinakan.
maka secara sistematis perlu diketahui apa aja sich yang diperlukan untuk menggapai keluarga SAMARA, so cekidot:
1. Tanamkan Akidah dan Ajaran Islam yg Benar pada Keluarga.
2. Memberikan harta yg halal utk Keluarga.
3. Mnumbuhkan Sikap Pengertian dan Amanah.
4. Meluangkan waktu utk rekreasi, education game bersama Keluarga di Luar Rumah.
5. senantiasa berdoa pada Allah
6. Saling memberi motivasi, senantiasa semangat berusaha menggapai prestasi terbaik dihadapan Allah tentunya.
&. persiapan ilmu dalam menggapai pernikahan SAMARA harus senantiasa di tambah with Islam tentunya.

okey,,, mbak Rini semoga jawaban ini bisa dijadikan referensi yang baik dan juga motivasi juga buat penulis,, he,,he,,he,, mohon maaf.

Sabtu, 14 Agustus 2010

Nasehat singkat untuk pernikahan yang barokah

Ingatlah nasehat-nasehat singkat ini, semoga kita semua dikaruniai Allah sebuah pernikahan yang barakah, yang menjadi kebaikan bagi kita dan menambah kebaikan yang kita miliki, serta menjadi jalan kemuliaan di sisi-Nya kelak:

1. KETIKA AKAN MENIKAH
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita Jangan
lah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orangtua/wali si gadis, tetapi
meminta kepada TUHAN melalui orang tua/wali si gadis.

3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan negara, tetapi menikah di
hadapan TUHAN

4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoakan anda, karena
anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf
apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan doa
mereka.

5. SEJAK MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan
bukan sepasang malaikat.!

6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur
bunga, tetapi juga semak belukar yg penuh onak dan duri.

7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat
berpegang tangan

8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK.
Cintailah isteri atau suami anda 100%

9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK.
Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi
cintailah isteri atau suami anda100% dan
cintai anak-anak anda masing-masing 100%.

10.KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK.
Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan
tingkat ketaatan suami dan isteri

11.KETIKA EKONOMI MEMBAIK
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita
semasa menderita

12.KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit
secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolonganAnda.

13.KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu
berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

14.KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua
yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik
adalah orang tua yang jujur kepada anak ..

15.KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama
dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh
orang tuanya.

16.KETIKA ADA PIL.
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.

17.KETIKA ADA WIL
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.

18.KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan
menuju potret keluarga bahagia.

19.KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS
Gunakanlah formula 7 K
1 Ketaqwaan
2 Kasih sayang
3 Kesetiaan
4 Komunikasi dialogis
5 Keterbukaan
6 Kejujuran
7 Kesabaran

sumber : kaskus.us

Mengatasi problem anak dengan Islam

sudah luar biasa banyak fakta yang menunjukkan kasus-kasus peram-pasan hak-hak anak, mulai dari ruang lingkup keluarga tempat anak dibesarkan, masyarakat tempat anak hidup tumbuh dan berkembang, hingga pengabaian negara terhadap hak-hak warganegaranya. Puncak fenomena yang saat ini seperti menyayat mata kita adalah kasus sodomi dan pembunuhan anak-anak jalanan secara sadis oleh Baekuni (Babe); seorang pedagang asong di Jakarta, yang menyodomi, membunuh sekaligus memutilasi sedikitnya 14 anak jalanan.

Kenyataannya, hingga hari ini pembunuhan dan penganiayaan anak hanyalah sekelumit dari sekian banyak masalah perampasan hak-hak anak-anak kita. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah Islam memiliki jalan keluar yang akan menyelamatkan dan melindungi anak-anak kita? Tulisan berikut akan memaparkannya.

Potret Masyarakat Sakit

Sesungguhnya fenomena pembunuhan anak jalanan oleh Babe ini adalah potret dari kondisi masyarakat yang sakit. Sejak kecil, Babe telah mengalami kesulitan ekonomi sehingga harus pergi mengadu nasib ke Jakarta. Di Jakarta ia menjadi remaja korban sodomi yang akhirnya ia menjadi seorang homoseksual, paedophili. Homoseksual karena menyukai berhubungan seks dengan laki-laki. Paedophili karena anak laki-laki yang menjadi sasarannya.

Demikianlah potret masyarakat sakit dalam sistem kapitalistik liberal ini. Sistem ini semakin memperbanyak orang miskin dan teraniaya serta semakin menumbuhsuburkan kemiskinan dan kebodohan di tengah-tengah rakyat. Sistem ini menempatkan penguasa dan negara sebagai pihak yang lepas tangan dari tanggung jawab mengayomi rakyat kecil, membebaskan pihak yang kuat untuk mengeksploitasi pihak yang lemah dan berpotensi besar merusak jiwa manusia, karena meliberalkan manusia sehingga menjadi liar dan tidak terkendali.

Dengan demikian, persoalan yang mendasar adalah kerusakan sistem Kapitalisme yang berlaku saat ini, sehingga harus ada upaya untuk mengubahnya secara total dan mendasar.

Dalam persoalan perampasan hak-hak anak, pemahaman yang mendasar terhadap posisi anak dan hak-haknya yang wajib dipenuhi harus menjadi langkah awal bagi setiap pihak yang bertanggung jawab, dalam hal ini adalah orangtua, masyarakat dan negara. Semua ini dimaksudkan agar penegakkan hukum-hukum Allah yang terkait dengan persoalan anak menjadi solusi praktis berbagai persoalan pelanggaran hak-hak anak.


Pandangan Islam

Anak memiliki posisi yang istimewa dalam Islam. Selain sebagai cahaya mata keluarga, anak juga merupakan pelestari pahala bagi kedua orang tuanya. Bagi sebuah keluarga, anak adalah penerus nasab (garis keturunan). Rasulullah saw. bersabda:

إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَّةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ

Bilamana manusia telah meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga hal: (1) sedekah jariah; (2) ilmu yang bermanfaat; (3) anak shalih yang mendoakannya. (HR al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Anak-anak shalih akan senantiasa mengalirkan pahala bagi kedua orang tuanya sekalipun keduanya telah wafat. Dengan demikian, selayaknya orangtua Muslim memperhatikan pendidikan anak-anaknya agar mereka menjadi shalih dan shalihah. Kesadaran terhadap pentingnya mendidik anak shalih akan memotivasi setiap orangtua Muslim untuk memperhatikan pendidikan dan pembinaan anak-anaknya agar menjadi pribadi-pribadi yang mulia. Jangan sampai anak keturunannya tergelincir ke jurang neraka disebabkan oleh ketidakpahaman terhadap Islam dan hukum-hukumnya. Perhatian terhadap pendidikan yang menghasilkan iman dan takwa yang kuat akan menjadi perhatian bagi setiap keluarga muslim. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian beserta keluarga kalian dari siksa api neraka (QS at-Tahrim [66]: 6).

Bagi sebuah bangsa dan negara, anak adalah generasi penerus masa depan. Anak pada masa depan adalah aset sumberdaya manusia yang sangat berharga serta menentukan jatuh bangunnya sebuah bangsa. Anak juga menjadi pewaris generasi yang akan datang. Perhatian terhadap pentingnya kelanjutan generasi masa depan yang akan menjadi pemimpin bagi umat Islam, tergambar dalam al-Quran tentang sifat-sifat ‘Ibâd ar-Rahmân (Hamba Allah Yang Maha Pengasih), yakni orang-orang yang juga senantiasa memikirkan masa depan umat Islam.

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, anugerah-kanlah kepada kami istri-istri dan anak-anak yang menggembirakan hati kami, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Furqan [25]: 74).

Perhatian Islam terhadap anak menunjukkan pentingnya posisi anak dalam ketahanan masyarakat dan negara. Generasi yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi terhadap Allah SWT akan mengisi setiap ruang kehidupan umat Islam. Sebagai individu mereka akan mampu mengokohkan ketahanan keluarga dari berbagai serangan kerusakan pemikiran yang berasal dari selain Islam. Keluarga Muslim yang dijiwai oleh keimanan dan ketakwaan akan menjadi keluarga yang solid yang menghasilkan sumberdaya manusia Muslim tangguh yang akan berkontribusi bagi kemajuan umat. Sebagai bagian dari masyarakat Muslim, generasi Muslim akan senantiasa berperan meluruskan setiap penyimpangan kebijakan yang terjadi di tengah masyarakat. Bila generasi ini menjadi pemimpin masyarakat dan bangsa, maka ia akan membawa bangsa dan negaranya menjadi pemimpin umat yang menebarkan kemuliaan Islam di segala penjuru.

Kewajiban Memenuhi Hak-hak Anak

Itulah sebabnya perhatian terhadap anak dan pemenuhan hak-hak mereka menjadi hal yang sangat penting. Hak-hak ini dirumuskan berdasarkan dalil-dalil syariah, antara lain:

1. Hak hidup.
Anak memiliki hak hidup, sejak dalam kandungan. Untuk itu Islam mewajibkan seorang ibu memelihara janin dalam kandungannya dan mengharamkan aborsi bagi janin yang telah ditetapkan hak hidupnya. Hak hidup pada anak juga dapat dilihat ketika Islam mengatur penangguhan hukuman pada wanita hamil. Allah SWT berfirman:

وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا

Janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi mereka rezeki dan juga kalian. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa besar (QS al-Isra’ [17]: 31).

2. Hak mendapatkan nama yang baik.

Islam menganjurkan para orangtua untuk memberikan nama yang baik untuk anaknya, yakni nama yang memberikan identitas Islam, harapan serta doa kebaikan bagi mereka. Abul Hasan meriwayatkan bahwa suatu hari seseorang bertanya kepada Rasullulah saw., “Ya Rasullulah, apakah hak anakku dariku?” Nabi saw. menjawab, “Engkau membaguskan nama dan pendidikannya, kemudian menempatkannya di tempat yang baik.”

Rasullulah saw. juga bersabda, “Baguskanlah namamu karena dengan nama itu kamu akan di panggil pada Hari Kiamat nanti.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Hibban)

3. Hak penyusuan (radha’ah).

Anak berhak mendapatkan penyusuan selama dua tahun (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 233).

Jika ibu tidak mampu menyusui karena kelemahannya atau bercerai dengan ayah si anak kemudian menikah lagi dengan suami lain sehingga terkendala dalam memberikan ASI maka Islam mensyariatkan kebolehan ayah untuk mengupah wanita lain menyusui anaknya (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 233).

4. Hak pengasuhan (hadhanah).

Anak juga berhak mendapatkan pengasuhan yang baik. Islam mengatur hak pengasuhan sekaligus kewajiban pada pihak tertentu. Dalam hal ini adalah pihak ibu yang lebih utama dalam pengasuhan ini. Rasullulah saw. pernah ditemui seorang wanita, ia berkata, “Wahai Rasullulah, sesungguhnya anakku dulu dikandung dalam perutku; susuku sebagai pemberinya minum dan pangkuanku menjadi buaiannya. Ayahnya telah menceraikanku, tetapi ia hendak mengambilnya dariku.” Kemudian Rasullulah bersabda, “Engkau lebih berhak kepadanya selama engkau belum menikah lagi.”

5. Hak mendapatkan kasih sayang.

Anak berhak menerima kasih sayang dari orangtuanya dan orang-orang dewasa di sekitarnya. Rasullulah saw. memberikan keteladanan bagaimana mengasihi anak-anak. Sabda Rasullulah saw., “Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling penyayang kepada keluarganya.”

6. Hak mendapatkan perlindungan dan nafkah dalam keluarga.

Ketika Islam memberikan kepemimpinan kepada seorang ayah di dalam keluarga, saat itulah anggota keluarga yang lain, termasuk anak di dalamnya, mendapatkan hak perlindungan dan nafkah dalam keluarga. Allah SWT berfirman:

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf (QS al-Baqarah [2]: 233).

7. Hak pendidikan dalam keluarga.

Rasullulah saw. mengajarkan betapa besarnya tanggung jawab orangtua dalam pendidikan anak. Beliau bersabda, “Tidaklah seorang anak yang lahir itu kecuali dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanya yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Muslim).

8. Hak mendapatkan kebutuhan pokok sebagai warga negara.

Sebagai warga negara, anak juga mendapatkan haknya akan kebutuhan pokok yang dijamin pemenuhannya oleh negara kepada seluruh warga negara. Kebutuhan itu meliputi: pendidikan di sekolah, pelayanan kesehatan dan keamanan. Hal ini merupakan pelaksanaan kewajiban negara kepada rakyatnya, sebagaimana sabda Rasullulah saw., “Imam (pemimpin, kepala negara) adalah bagaikan penggembala; ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya.” (HR Ahmad, asy-Syaikhan, at-Tirmidzi dan Abu Dawud, dari Ibnu Umar).

Dengan pemenuhan hak-hak anak oleh setiap pihak yang bertanggung jawab, maka anak-anak akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi berkualitas.

Hanya Khilafah Pelindung Generasi

Setiap sistem yang bersumber dari selain Allah SWT, senantiasa bersifat bathil atau berpeluang masuknya kebatilan. Dalam persoalan perumusan hukum, baik demokrasi kapitalis ataupun sosialis, akan tetap selamanya rusak dan merusak manusia, karena dibangun di atas asas liberal yang membebaskan manusia untuk memilih aturannya sendiri.

Sebagai bangsa yang mayoritas Muslim dan sebagai konsekuensi dari keimanan kepada Allah SWT, maka tak ada solusi lain selain mengembalikan seluruh persoalan ini kehadapan syariah Islam (Lihat: QS Yusuf [12]: 40; al-Maidah [5]:50).

Penyelesaian berbagai persoalan anak meliputi penyelesaian problem ekonomi, pendidikan, sosial, hukum yang memerlukan penataan sistem politik yang menyeluruh. Orang-orang seperti Robot Gedeg dan Babe tidak akan berkeliaran mengintai anak-anak yang akan dijadikan korban, karena sanksi Islam yang tegas terhadap pelaku homoseksual. Orang-orang lemah tidak akan tumbuh menjadi sosok-sosok seperti Babe, karena negara menjamin penyelesaian persoalan kemiskinan mereka. Negara wajib menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas, fasilitas kesehatan yang mudah diakses dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak. Semua ini hanya akan terwujud dalam naungan Khilafah Islamiyah. Sistem inilah yang akan menjamin kepemimpinan yang bertanggung jawab; sebuah makna tanggung jawab yang sesungguhnya karena merupakan konsekuensi dari keimanan kepada Allah SWT. Pertanggungjawaban ini tidak mungkin dijalankan secara main-main, karena akan berhadapan dengan Allah SWT, Yang Mahaagung, Mahakuasa dan Maha Mengawasi. [Lathifah Musa (DPP MHTI)]
Diposkan oleh Faizatul Rosyidah di 20.59
Label: hak-hak anak, problematika anak, solusi problematika anak

Ramadhan yang penuh kelimpahan kebaikan dan keutamaan,

dakwatuna.com - Ramadhan yang penuh kelimpahan kebaikan dan keutamaan, akan dapat dirasakan dan diraih ketika ilmu tentang Ramadhan dipahami dengan baik.

Bayangkan, para generasi awal Islam sangat merindukan bertemu dengan bulan suci ini. Me...reka berdo’a selama enam bulan sebelum kedatangannya agar mereka dipanjangkan umurnya sehingga bertemu dengan Ramadhan. Saat Ramadhan tiba, mereka sungguh-sungguh meraih kebaikan dan keuataman Ramadhan. Dan ketika mereka berpisah dengan Ramadhan, mereka berdo’a selama enam bulan setelahnya, agar kesungguhannya diterima Allah swt. Kerinduan itu ada pada diri mereka, karena mereka sadar dan paham betul keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.

Bagaimana menyambut bulan Ramadhan? Berikut kami hadirkan “8 Tips Sambut Ramadhan” :
Berdoa agar Allah swt. memberikan umur panjang kepada kita sehingga kita berjumpa dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal: Puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan. Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadan.” (HR. Ahmad dan Tabrani)

2. Pujilah Allah swt. karena Ramadhan telah diberikan kembali kepada kita. Imam An Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata: ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengankeagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah swt. kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan.

3. Bergembira dengan datangannya bulan Ramadhan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya setiap kali datang bulan Ramadhan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

4. Rencanakan agenda kegiatan harian untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadhan. Ramadhan sangat singkat, karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah swtKuatkan azam, bulatkan tekad untuk mengisi waktu-waktu Ramadhan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah swt., maka Allah swt. akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS.Muhamad:21).

6. Pahami fiqh Ramadhan. Setiap mukmin wajib hukumnya beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadhan datang agar amaliyah Ramadhan kita benar dan diterima oleh Allah swt. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahu.” Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Kondisikan qalbu dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs –pemberishan jiwa-. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental, dan jiwa kita siap untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt. di bulan Ramadhan.Tinggalkan dosa dan maksiat. Isi Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Lembaran baru kepada Allah, dengan taubat yang sebenarnya taubatan nashuha. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” An-Nur:31. Lembaran baru kepada Muhammad saw., dengan menjalankan sunnah-sunnahnya dan melanjutkan risalah dakwahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahim. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, “Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Semoga Allah swt. memanjangkan umur kita sehingga berjumpa dengan Ramadhan. Dan selamat meraih kebaikan-kebaikannya. Amin ya Rabbana. Allahu a’lam (io)

Oleh: Ulis Tofa, Lc

Senin, 08 Maret 2010

Memahami Teman

From: Ima Elzhirazy.

Assalamualaikum,
Saya pernah lihat di internet, kalau kita bisa konsultasi psikologi remaja di sini maka
itu saya menulis masalah disini. Begini saya seorang pelajar saya punya teman sebangku dia itu suka sekali sms-an waktu pelajaran. Awalnya saya biarkan saja tapi lama kelamaan saya terganggu, karena dia tidak memperhatikan pelajaran maka dia selalu tanya, tapi tanyanya gak kira kira saya kesel juga saya selalu nasehati berhenti dulu sms-annya. Tapi dia malah marah atau buang muka akhirnya emosi saya meledak.
Saya gak mau jawab pertanyaan dia lagi atau saya jawab singkat aja, eh tau tau dia marah, sok gak mau ngeliat muka saya. Padahal kan dia yang salah dan selama ini saya udah bantu dia walau dia gak mau belajar,sebenarnya saya itu gak masalah kalo gak ngomong sama dia,saya yang biasanya wataknya keras udah sabar banget tapi saya kesusahan kalo harus kerja kelompok ato bukunya barengan terus saya sekarang harus bagaimana supaya belajar saya gak terganggu dan menyelesaikan masalah ini tanpa beban pikiran soalnya saya pemikir,tolong saya minta sarannya yang paling baik buat saya.terima kasih.


Wa’alaikum salam ...
Dek Ima yang baik, senang sekali adek telah mengunjungi w-site ini.
Adek Ima sebenarnya untuk menyelesaikan permasalahan yang adek alami, perlu diketahui permasalahan yang terjadi pada adek dan juga teman adek. Apa yang dilakukan adek dengan memberikan nasehat kepada temannya, itu hal yang baik akan tetapi tidak cukup hal itu. Adek Ima juga harus senantiasa intropeksi diri apakah dalam penyampaian kepada temannya menunjukkan etika yang baik, intonasi suara atau bahkan isi nasehatnya apakah tidak menyinggung perasaannya???. Kedua, sebenarnya dalam situasi kelas seharusnya segala alat komunikasi dinon-aktifkan atau hanya sekedar di-silent agar tidak mengganggu proses belajar-mengajar.

Adek Ima,
Masalah yang adek Ima alami InsyaAllah mudah diselesaikan kok, yang perlu ditancapkan pada diri Adek Ima, lebih baik dalam menggunakan pemikiran perasaan haruslah seimbang. Jangan mudah terpancing Emosinya, dan mengingatkan teman ketika melakukan kesahan wajib lho hukumnya, jangan capek ya..

Jadikan diri kita Gardu energi Positif bagi lingkungan sekitar kita, berikan yang terbaik buat orang-orang di sekitar kita, InsyaAllah out put yang kita dapatkan positif juga. Misalnya ketika kita ingin teman-teman sayang pada kita maka sayangi mereka karena Allah tentunya, jika ada yang kurang tepat segera diingatkan sesering mungkin , yang ga kalah pentingya juga kita harus berani intropeksi diri kita.

Adek Ima yang baik semoga saran ini bermanfaat bagi dek Ima dan juga orang-orang disekeliling dek Ima. Positif Thinking penting juga lho, ..

Wallahu a’lam bi showab.

Jumat, 26 Februari 2010

RUMUS NIKAH DALAM ISLAM

RUMUS NIKAH MENURUT ISLAM

Pertanyaan:
Assalamulaikum, Teh mo nanya nich , proses perkenalan sampai dengan nikah ma lawan jenis kita menurut tatanan Islam atau prosedurnya gimana sih, Teh? (Ananda Once, Mojokerto)


Wa’alaikum salam Wr, Wb.
Ananda yang baik, Alhamdulilah, Moga kita menjadi hamba yang senantiasa taat dan patuh terhadap Allah dan termasuk golongan Hamba yang diperhatikan, disayang dan dicintai Allah dan Rosulnya.
Ananda, sepatutnya kita bersyukur dan bangga karena kita dilahirkan dalam keadaan Islam, Islam tak sekedar masalah ruhiyah semata tapi Islam is way of life.
Ananda, sekarang ini banyak sekali remaja muslim yang mulai terkena Virus Pacaran yang jelas-jelas diharamkan dalam Islam, terkadang pula mereka ga sadar bahwa hal itu bukan berasal dari Islam. Tapi ga sedikit para remaja muslim yang ga nice dengan Islamnya, Why???? padahal Islam punya solusi yang mantap dan OK banget lho??// apalagi urusan memilih jodoh. Islam tentu punya rumus yang keren Abis, yang ga dipunyai oleh agama lainnya, Islam tau banget bagaimana cara, tatanan atau Prosedur dalam memenuhi kebutuhan jasadiyah en naluri- naluri yang ada pada manusia, yach salah satunya naluri lawan jenis ato yang disebut ghorizatun Nau’.

Ananda yang baik, ada tiga Proses yang harus muslim tau ketika dia merasa udah siap untuk menikah, antara lain: 1) Taaruf, 2) Khidbah dan 3) Nikah.

A. TA”ARUF ( saling mengenal), adapun prosesnya adalah;
1) Pertama, ta'aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah. Jadi klo salah satu atau keduanya merasa ga sreg bisa menyudahi ta'arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta'aruf, yang Insya Allah niatnya untuk menikah Lillahi Ta'ala, kalau ga cocok bertawakal aja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan
.
Kedua, ta'aruf itu lebih fair. Masa penjajakan diisi dengan saling tukar informasi mengenai diri masing-masing baik kebaikan maupun keburukannya. Bahkan kalau kita tidurnya sering ngorok, misalnya, sebaiknya diberitahukan kepada calon kita agar tidak menimbukan kekecewaan di kemudian hari. Begitu pula dengan kekurangan-kekurangan lainnya, seperti mengidap penyakit tertentu, enggak bisa masak, atau yang lainnya. Informasi bukan cuma dari si calon langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru ngaji, orang tua si calon). Jadi si calon ga bisa ngaku-ngaku dirinya baik. Ini berbeda dengan orang pacaran yang biasanya semu dan penuh kepura-puraan. Yang perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang laki-laki biarpun lagi bokek tetap berlagak kaya, traktir ini itu padahal dapet duit dari minjem temen atau hasil ngerengek ke ortu.

Ketiga, dengan ta'aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hal ini bisa terjadi karena kedua belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan dengan orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap merasa belum bisa mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?

Keempat, melalui ta'aruf kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan. Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang sreg bisa dipertimbangan dengan memakai hati dan pikiran yang sehat. Keputusan akhir pun tetap berdasarkan dialog dengan Allah melalui sholat istikharah. Berbeda dengan orang yang mabuk cinta dan pacaran. Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya pacarnya suka memukul, suka mabuk, tapi tetap bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya. Tapi karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.

Kelima, kalau emang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta'aruf ke khitbah (lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama. Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai macam zina termasuk zina hati. Selain itu tidak ada perasaan "digantung" pada pihak perempuan. Karena semuanya sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunah Rasulullah yaitu menikah.

Keenam, dalam ta'aruf tetap dijaga adab berhubungan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya ada pihak ketiga yang memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat (berdua-duaan) kecil yang artinya kita terhindar dari zina.

Ananda yang baik, perlu diperhatikan bahwa Proses ta’aruf sebaiknya dilakukan dengan cara Islami. Dalam Islam proses ta’aruf tidak sama dengan istilah pacaran. Dalam berpacaran sudah pasti ga bisa dihindarkan kondisi dua insan berlainan jenis yang khalwat atau berduaan. Yang mana dapat membuka peluang terjadinya saling pandang atau bahkan saling sentuh, yang sudah jelas semuanya tidak diatur dalam Islam.
Allah SWT berfirman “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”(QS 17:32).
Rasulullah SAW bersabda : “Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Jika kita menginginkan pernikahan kita terbingkai dalam ajaran Islami, maka semua proses yang menyertainya, seperti mulai dari mencari pasangan haruslah diupayakan dengan cara yang ihsan en islami, khan???//.

B. KHITBAH
Nah, proses selanjutnya yakni khitbah, klo keputusan telah diambil, en sebelum pelaksanaan nikah, so musti harus didahului oleh pelaksanaan khitbah. Yaitu penawaran atau permintaan dari laki-laki kepada wali dan keluarga pihak wanita.
Ananda yang baik, Dalam Islam wanita yang udah dikhitbah oleh seorang lelaki, so ga boleh untuk dikhitbah oleh lelaki yang lain. Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah kamu mengkhitbah wanita yang sudah dikhitbah saudaranya, sampai yang mengkhitbah itu meninggalkannya atau memberinya izin “ (HR. Muttafaq alaihi).

C. NIKAH
Penting banget untuk dipelajari tata cara nikah sesuai dengan syariat Islam Sebenarnya tata cara pernikahan dalam Islam sangatlah sederhana dibandingkan tata cara pernikahan adat ato agama lain, coz Islam sangat menginginkan kemudahan bagi pelakunya. So, Untuk memahami tata cara pernikahan yg islami menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi calon pasangan muslim, gitu!!. Dengan melaksanakan secara Islami, so kita sebisa mungkin untuk menghindarkan diri dari kebiasaan-kebiasaan tata cara pernikahan yang berbau syirik menyekutukan Allah. Karena hanya kepada Allah SWT sajalah kita memohon kelancaran, kemudahan, keselamatan dan kelanggengan pernikahan nantinya.
Untuk beberapa hal yang harus kita ketahui tentang tatacara nikah adalah masalah sbb:
a. Dewasa (baligh) dan Sadar b. Wali , “Tidak ada nikah kecuali dengan wali” (HR.Tirmidzi J.II Bukhari Muslim dalam Kitabu Nikah), c. Mahar , “Berikanlah mahar kepada wanita-wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan” (QS: 4:4) - Semakin ringan mahar semakin baik. Seperti sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dari Uqbah bin Amir : “Sebaik-baiknya mahar adalah paling ringan (nilainya).” - Bila tak memiliki materi, boleh berupa jasa. Semisal jasa mengajarkan beberapa ayat al-Qur’an atau ilmu-ilmu agama lainnya. Dalam sebuah hadis Rasulullah berkata kepada seorang pemuda yang dinikahkannya : “Telah aku nikahkan engkau dengannya (wanita) dengan mahar apa yang engkau miliki dari Al-Quran” (HR. Bukhari dan Muslim) d. Adanya dua orang saksi e. Proses Ijab Qobul , Proses Ijab Qabul adalah proses perpindahan perwalian dari Ayah/Wali wanita kepada suaminya. Dan untuk kedepannya makan yang bertanggung jawab terhadap diri wanita itu adalah suaminya. Syarat-syarat diatas adalah ketentuan yang harus dipenuhi dalam syarat sahnya prosesi suatu pernikahan. Selain itu dianjurkan untuk mengadakan walimatul ‘ursy, dimana pasangan mempelai sebaiknya diperkenalkan kepada keluarga dan lingkungan sekitar bahwa mereka telah resmi menjadi pasangan suami isteri, sebagai antisipasi terjadinya fitnah.
Permasalahan seputar masalah persiapan nikah a. Sudah siap, tetapi jodoh tidak kunjung datang Rahasia jodoh adalah hanya milik Allah, tidak ada satu orangpun yang dapat meramalkan bila jodohnya datang. Sikap husnuzhon amat diutamakan dalam fase menunggu ini. Sembari terus berikhtiar dengan cara meminta bantuan orang-orang yang terpercaya dan berdoa memohon pertolongan Allah. Juga upayakan senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Hindari diri dari berangan-angan, isilah waktu oleh kegiatan-kegiatan positif . b. Belum siap, tetapi sudah datang tawaran Introspeksi diri, apakah yang membuat diri belum siap ?. Cari penyebab ketidak siapan itu, tingkatkan kepercayaan diri dan fikirkan solusinya. Sangat baik bila mengkomunikasikan masalah ini dengan orang-orang yang dipercaya, sehingga diharapkan dapat membantu proses penyiapan diri. Sembari terus banyak mengkaji urgensi tentang pernikahan berikut hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. 7. Penutup Agama Islam sudah sedemikian dimudahkan oleh Allah SWT, tetap masih saja ada orang yang merasakan berat dalam melaksanakannya karena ketidak tahuan mereka. Allah Taâ’ala telah berfirman: “Allah menghendaki kemmudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu” (Q.S. Al-Baqarah : 185) Kita lihat, betapa Islam menghendaki kemudahan dalam proses pernikahan. Proses pemilihan jodoh, dalam peminangan, dalam urusan mahar dan juga dalam melaksanakan akad nikah. Demikianlah beberapa pandangan tentang persiapan pernikahan dan berbagai problematikanya, juga beberapa kiat untuk mengantisipasinya. Insyallah, jika ummat Islam mengikuti jalan yang telah digariskan Allah SWT kepadanya, niscaya mereka akan hidup dibawah naungan Islam yang mulia ini dengan penuh ketenangan dan kedamaian .

Wallahu alamu bi showab.

Rabu, 24 Februari 2010

MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI MUDAH KOK

Membangun Percaya Diri, Gampang Kok.

Assalamualaikum,Wr.Wb.
Mbak, Gimana kabarnya,, aku Iva mau tanya nich, gimana sich biar kita bisa PD ma kemampuan kita ketika di depan umum? Kasih Tips dong?? Thank ya.... ( Iva, Surabaya)


Wa’alaikum salam Wr, Wb.
Alhamduliilah luar biasa baik banget mbak Iva,,semoga mbak juga dalam keadaan baik juga. yach nich banyak sekali diantara kita yang ngerasa ga pede dengan kemampuan yang kita miliki, why???.
Mbak Iva, yang musti kita ketahui penyebab apa sich yang membuat kita ga pe de, padahal PD alias percaya diri akan mengantarkan kita pada sebuah kesuksesan, betul tidak?? Ada beberapa alasan yang menghambat kesuksesan seseorang salah satunya KETIDAKPEDEAN.
Mbak Iva, sebenarnya ketidakpedean terjadi karena beberapa sebab bisa datang dari internal kita atau malah dari luar diri kita, misalnya kurangnya ilmu, kurangnya persiapan, minder, alasan usia, kesehatan, gaptek,. atau bisa jadi dari luar diri kita misalnnya yang kita hadapi adalah lingkungan yang ga kondusif, keluarga, aturan de el el.
Mbak Iva yang baik, sebenarnya untuk membangun kepercayaan diri mudah banget kok, sebenarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama yang berbeda adalah kapasitas dalam menangkap informasi ada yang lambat ada juga yang cepat dalam daya serapnya.
Mbak Iva yang baik, mungkin ada sebuah contoh yang bisa mengguggah mbak, ada sebuah kisah seorang anak yang gagap, bahkan tidak pernah berbicara didepan umum, pada suatu hari anak tersebut diminta untuk berkhutbah pada sholat jumat,,, apa yang terjadi pada anak tersebut, anak tersebut gemetaran seluruh tubuhnya, bibirnya tak bisa berbicara saking nervousnya, keringat dinginpun keluar dari dalam tubuhnya, melihat keadaan tersebut sang guru langsung memegang kaki sang anak seraya memeberikan motivasi pada anak ” ayo,,, keluarkan apa saja,, pasti kamu bisa” seraya memegangi kaki si anak. Dan sekarang anak itu tumbuh dewasa bahakan menjadi seseorang yang luar biasa bahkan gagapnya hilang karena keyakinan dan berlatih secra kontinue membuatnya berubah dan beliau ini adalah Mr faqih Syarif sang Trainer Motivator Spiritual nasional.
Mbak Iva, untuk membangun kepercayaan diri kita, ada LIMA Kunci B:
1. Berani Berimpian, pastikan pada diri kita untuk berani menentukan impian-impian, keinginan, motivasi yang kita harapkan bahkan impian besarpun, yakin bahwa kita Pasti Bisa.
2. Berani Memulai, untuk menghilangkan kurang Pe de, mulailah dari sekarang, detik ini juga senantiasa menancapkan pada pikiran dan perilaku kita menuju perubahan, senantiasa berlatih dan belajar untuk menggapai impian- impian besar kita.
3. Berani Berproses. Lakukan berbagai usaha apapun untuk meningkatkan kepercayaan diri kita, apakah dalam hal knowladge, skill, kemampuan diri kita.
4. Berani Berkorban. Pastikan bahwa untuk menumbuhkan kepercayaan diri, berani berkorban waktu, tenaga, atau bahkan material untuk senantiasa berlatih dan belajar menggapai keprcayaan diri kita terhadap impian-impian terbesar kita.
5. Berani Mengevaluasi Diri. Nah, setelah kita mulai merasakan bahwa “Saya PD”, bukan berarti kita mengabaikan proses muhasabah atau intropeksi diri kita, akan tetapi dengan mengevaluasi diri menjadikan kita lebih dinamis dan lebih percaya diri.

Okey,, mbak Iva, yakinlah dan berpositif thinking bahwa kita musti percaya diri terhadap kemampuan kita, semoga kita menjadi hamba yang senantiasa bersyukur atas segala kenikmatan yang Allah berikan. Don’t forget, Percaya diri mengantarkan pada kesuksesan.

Jumat, 19 Februari 2010

Etika dakwah, posting dan bersikap di dunia maya

Dakwah adalah suatu kewajiban yang telah Allah pesankan pada seluruh manusia. Tidak terbagi apakah dia laki-laki ataupun perempuan. Dakwah juga tidak terbatas oleh tempat dan waktu. Dakwah juga tidak dibatasi oleh wasilah yang digunakan untuk menyampaikan seruan Allah. Dakwah adalah kewajiban mulia yang dijalankan oleh para Nabi dan Rasul, lalu dilanjutkan oleh para pewarisnya dari kalangan para ulama dan kaum muslim semuanya.

Dakwah pasti melibatkan wasilah (cara). Fakta masa sekarang menunjukkan, dakwah tidak hanya terjadi lewat wasilahkonvensional dan tradisional saja, melainkan sudah ramai terjadi dalam wasilah yang lebih kontemporer dan modern seperti lewat audio-video dan yang paling ramai adalah internet dan turunannya seperti forum mailing list, forum diskusi, forum jejaring sosial, messenger, chatting, blog dan website dan cara-cara yang lainnya.

Sayangnya, banyak diantara wasilah-wasilah dakwah dan niat-niat dakwah yang baik ini akhirnya berubah menjadi sesuatu yang mudharat dan tidak bermanfaat. Saya sendiri secara pribadi merasa sedih dan kecewa ketika menyaksikan sebagian ummat muslim yang seharusnya lebih faham daripada sebagian yang lainnya akhirnya terjebak (mungkin tanpa sadar) aktivitas keharaman dalam wasilah modern internet ini. Oleh karena itu saya mencoba untuk menulis sebuah penjelasan tentang panduan-pamduan dakwah khususnya lewat media internet ini agar seorang muslim dapat lebih bijaksana dan syar’i dalam memanfaatkannya.

Berdakwah di dunia maya tidaklah sama dibandingkan dengan dakwah di dunia nyata. Di dunia nyata kita mengetahui siapa objek dakwah kita secara langsung dan melihatnya secara fisik, terjadi kontak mata dan komunikasi dapat berlangsung secara hampir sempurna. Berbeda dengan dunia maya, yang kita tidak mengetahui objek dakwah kita dan kontak yang terjadi biasanya hanya lewat tulisan dan gambar. Karena itu bisa dikatakan dakwah di dunia nyata memiliki keterbatasan dibandingkan dunia nyata.

A. Debat di dunia maya
Dalam dunia maya, acapkali kita melihat diskusi atau debat yang terjadi dalam membahas suatu masalah. Memang betul, debat (jidal) adalah suatu cara untuk berdakwah dan itu diperbolehkan Allah swt, sebagaimana yang disampaikan-Nya dalam al-Qur’an


ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (QS an-Nahl [16]: 125)

قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS al-Mujaadilah [58]: 1)


Selain memperbolehkan wasilah debat atau diskusi ini, Allah dan rasul-Nya pun telah menentukan aturan-aturan dalam melakukan debat ini. Secara garis besar anjuran debat dalam Islam ini adalah:

1. Debat dilakukan dalam tataran ide yang sedang diperdebatkan
Debat dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan argumentasi-argumentasi yang batil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi yang jitu dan benar, berdasarkan kajian hingga sampai pada suatu kebenaran. Karena itu, seperti telah disebut, debat mengandung dua sifat, yaitu merobohkan dan membangun; menjatuhkan dan menegakkan argumentasi-argumentasi. Di antara teladan cara debat yang diajarkan al-Quran adalah:


أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu;
(QS al-Baqarah [2]: 258)


2. Debat dilakukan dengan cara yang baik (ahsan) sebagaimana yang diperintahkan Allah
Maksudnya dilakukan dengan menggunakan patokan yang sama, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Bukan berpatokan pada “pokok”nya, atau “kata”nya, ataupun dengan akal pikiran. Kalaupun menggunakan akal, maka haruslah dengan menggunakan pemikiran yang rasional, bukan persangkaan ataupun filsafat.


مَنْ كَانَ يُؤْ مِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْلِيَصْمُتْ
Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam (HR. Bukhari Muslim)

أما بعد فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم
Amma ba’du: sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk, adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an (QS az-Zumar [39]: 23)

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ
Diriwayatkan daripada ‘Ali bin Abi Talib katanya: “Jika agama itu dibangun dengan akal pikiran tentu saja bagian bawah khuf lebih patut disapu daripada bahagian atas. Sesungguhnya saya melihat Rasulullah s.a.w. menyapu di bahagain atas khufnya. (HR. Abu Dawud)


3. Menghindari berkata yang buruk, keji, mencaci atau memaki individu
Ketika berdebat, kita benar-benar harus mengingat bahwa yang kita debat adalah ide yang disampaikan, bukan individu yang menyampaikan, sehingga kita tidak boleh menyerang secara individual dan menggunakan kata-kata yang tidak mencerminkan keimanan kepada Allah.


لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ، وَلاَ اللَّعَّانِ، وَلاَ الْفَاحِشِ وَلاَ الْبَذِيءِ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ
Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji (HR. Tirmidzi)


4. Tidak mencari-cari perdebatan atau senang dengan perdebatan
Al-Qur’an telah menjadikan debat sebagai salah satu cara dalam menyampaikan kebenaran Islam, tapi bukan berarti al-Qur’an memerintahkan kita untuk senang dalam berdebat atau mencari-cari perdebatan. Seorang mukmin seharusnya memahami bahwa perdebatan adalah salah satu bagian dari dakwah dan jalan terakhir dalam dakwah, bukan malah mengawali dakwah dengan perdebatan.


وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS al-Anfaal [8]: 46)


5. Perhatikan siapa yang menjadi partner debat/diskusi
Pertama-tama kali yang harus diperhatikan adalah siapa partner debat atau diskusi kita, karena partner debat/diskusi seharusnya seseorang yang memang menginginkan dan mencari kebenaran, bukan hanya menyenangi debat atau menjadikan debat untuk memperolok-olok agama Islam.


مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ
“Tidak ada satu kaum yang tersesat setelah mendapat petunjuk, melainkan karena mereka suka berdebat” Kemudian Rasulullah saw membaca ayat: “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. [QS Az-Zukhruf [43]: 58]” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)


Selain itu, tidak semua manusia yang diseru dengan ayat-ayat al-Qur’an akan bertambah keimanannya, Allah memperingatkan bahwa ada juga yang justru bertambah kekafirannya ketika dibacakan ayat-ayat Allah. Maka ayat Allah tidak layak dibacakan untuk orang setipe ini.


وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir (QS at-Taubah [9]: 125)


Dan bila sudah kita pastikan bahwa partner diskusi kita adalah termasuk orang munafik ataupun kafir yang memang bukan mencari kebenaran dalam debat dan diskusi, maka segeralah meninggalkan orang yang semacam ini lalu beristighfar pada Allah karena kita telah melakukan hal yang tidak bermanfaat.


وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang lalim itu sesudah teringat (akan larangan itu) (QS al-An’am [6]: 68)

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam
(TQS an-Nisaa [4]: 140)


Maksud “duduk bersama/beserta” adalah berada dalam suatu forum, sehingga seolah-olah dengan adanya kita disitu menjadi legitimasi dalam proses memperolok ayat-ayat Allah.

Imam asy-Syafi’i sendiri berkata perihal berdebat dengan orang semacam ini:


مَا نَاظَرْتُ أَهْلَ الْكَلَام إلَّا مَرَّةً وَأَنَا أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ ذَلِكَ
“Aku tidak mendebat ahli kalam kecuali sekali. Dan setelah itupun aku beristighfar kepada Allah dari hal itu”.


Sedangkan Imam Malik berkata:

“Termasuk merendahkan dan meremehkan ilmu jika seseorang membicarakan ilmu di hadapan orang yang tidak mentaati ilmu itu”.


Dan al-Auza’i juga menyampaikan:


إذَا أَرَادَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِقَوْمٍ شَرًّا فَتَحَ عَلَيْهِمْ الْجِدَالَ، وَمَنَعَهُمْ الْعَمَلَ
“Jika Allah menginginkan kejelekan pada satu kaum, maka Allah akan membuka atas mereka jidal, dan menghalangi mereka dari beramal.”


Daripada melayani orang semacam ini lebih baik kita beramal shalih. Ingat, meghabiskan waktu 30 menit untuk mendebat orang semacam ini berarti kita membuang kesempatan untuk berdakwah selama 30 menit kepada orang yang mau mendengarkan. Lebih baik beramal daripada mendebat orang yang tidak ingin mencari kebenaran.

6. Perhatikan apa yang akan diperdebatkan/didiskusikan
Seorang mukmin tidak akan menceburkan dirinya dalam perkara-perkara yang seharusnya tidak didiskusikan, dalam perkara yang tidak bermanfaat, dan juga dalam perkara-perkara yang tidak akan meningkatkan keimanan ketika mendebat/mendiskusikannya.

Dalam berdiskusi, kita hanya boleh membahas hal-hal yang telah Allah perbolehkan untuk mendiskusikannya, dan menjauhi perkara yang telah dilarang atau dimakruhkan untuk mendiskusikannya. Termasuk perkara ini adalah mendebat Allah dan ayat-ayat-Nya.


وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ
dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.(QS ar-Ra'du [13]: 13)

جِدَالٌ فِي اْلقُرْآنِ كُفْرٌ
Berdebat tentang al-Qur’an adalah kufur (HR. Ahmad Syakir)


Selain itu, kita juga diperintahkan untuk jangan terlalu dalam dalam memperdebatkan sesuatu yang ghaib semacam takdir, eksistensi Allah dan yang semacamnya


Diriwayatkan dari Nabi saw. beliau bersabda, "Jika diperbincangkan tentang sahabatku maka hentikanlah, jika diperbincangkan tentang ilmu nujum maka hentikanlah, dan jika diperbincangkan tentang takdir, maka hentikanlah," (Hasan, lihat kitab ash-Shahihah [34]).


7. Tinggalkan perdebatan di forum-forum umum yang tidak terbatas
Seperti yang telah disampaikan di atas, tujuan perdebatan adalah menegakkan yang benar dan menjatuhkan yang salah, atau sederhananya merubah dari yang buruk menjadi yang baik. Apabila perdebatan ini dilakukan di forum-forum umum ataupun wasilah umum yang dapat terlihat oleh publik, maka sesungguhnhya perdebatan semacam ini akan lebih banyak mudharatnya bagi yang lain, dan pasti akan menjadi perdebatan yang tidak berujung.

Saat ini banyak kita liat, di forum-forum diskusi, wall facebook, milis ataupun yang lain, perdebatan yang tidak bermanfaat muncul. Dan dalam forum semacam ini tidak ada moderator yang memoderasi pendapat-pendapat yang muncul disitu. Sehingga semua jenis pendapat mulai dari yang benar dan salah bisa bercampur disitu dan tidak jarang terdapat makian, hasutan, penghinaan, provokasi dan lainnya yang jelas tidak akan membawa kebaikan dan manfaat bagi keimanan. Disitu pula terkadang emosi yang banyak bermain, dan ini dilihat oleh banyak orang dan menimbulkan suatu preseden buruk. Dan jelas hal-hal seperti ini menimbulkan mudharat dan haram hukumnya. Sedangkan kaidah fiqh menyatakan: "wasilah (sarana) yang bisa mengantarkan ke keharaman maka wasilah itu haram". Maka berdebat di internet dalam forum-forum umum dan bisa diakses semua orang tanpa moderasi adalah haram.

Jika kita benar-benar ingin menasehati dan berdebat dengan ahsan, undanglah partner debat/diskusi kita untuk off air, kopi darat, lalu diskusikan dan debatlah dengan empat mata atau lebih, ini lebih baik daripada kita berdebat dan berdiskusi di forum umum maya.

Walhasil, saya hanya ingin menyampaikan bahwa waktu kita terlalu berharga untuk mendebat orang-orang yang memang tidak ingin mencari kebenaran. Dan bila kita menemui komentar-komentar yang menyerang Islam di internet, janganlah terburu-buru untuk mendebatnya, karena itulah yang mereka inginkan. Bila kita menemui komentar apapun di internet, maka ada dua pilihan: 1) bila kita suka kita baca dan amalkan, 2) bila kita tidak suka tutup saja.
B. Etika Posting dan Bersikap
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa internet adalah termasuk media tercepat dan termurah untuk menyebarkan informasi. Dalam satu kali klik, seluruh indonesia dapat mengakses informasi yang kita berikan. Dan hal ini tentu saja menimbulkan dua kemungkinan, yaitu menjadi potensi yang sangat baik atau menjadi potensi yang sangat buruk. Oleh karena itu, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan internet sebagai sarana penyebaran informasi.

1. Hendaknya informasi yang kita kirimkan adalah yang benar, dibutuhkan dan untuk umum
Ada banyak informasi yang ada disekeliling kita, sebagian informasi tersebut ada yang benar, meragukan atau salah sama sekali. Seorang yang mendakwahkan Islam harusnya memberikan informasi ketika dia telah memastikan kebenaran informasi ini, dan tidak menyampaikan informasi yang belum jelas kebenarannya sehingga akan mengundang mudharat. Bila perlu, ia mencantumkan sumber dan link yang bisa dibuka untuk informasi-informasi yang sensitif. Sehingga dengan adanya hal seperti ini kita terhindar daripada fitnah dan menggunjing, serta merugikan orang/kelompok lain. Allah berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS al-Hujuraat [49]: 6)


Setelah kita memastikan kebenaran berita itu, maka hal yang harus kita pikirkan adalah “apakah informasi ini dibutuhkan?”. Karena ada informasi yang tidak dibutuhkan tetapi terkadang tetap diposting dan disampaikan. Hal seperti ini akan membuang waktu dan bisa jadi menyulut masalah yang lain. Di facebook sering kita lihat sindrom semacam ini, seolah-olah update status menjadi sesuatu yang wajib.


“Lagi melihat matahari terbit..”, lalu 5 menit lagi “Tidur lagi ah..”, terus 1 jam berikutnya “saatnya pergi ke kampus”, 30 menit lagi “ada pengemis di jalan, kesian banget deh..”, nggak lama kemudian “BRB, pergi ke neraka dulu..”. Ada juga yang sibuk mengirimkan ucapan selamat, hug, smile, kiss, love yang nggak penting seperti “Please accept this smile -- I got it just for you!”, atau “I got you a special ♥heart!” dan lain-lain




كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَاسَمِعَ
Cukuplah bagi seseorang berbuat dosa dengan menceritakan setiap apa yang didengarnya (HR. Muslim)


Selanjutnya, kita juga harus membedakan informasi mana yang hanya menjadi konsumsi internal dan informasi mana yang boleh menjadi konsumsi publik. Kehati-hatian seharusnya menjadi asas seseorang dalam menyampaikan informasi. Karena apabila informasi yang seharusnya menjadi konsumsi internal ternyata bisa diakses juga oleh publik, maka ini menjadi sesuatu yang sangat merugikan, bahkan sampai kepada tingkatan haram untuk menyebarkan informasi yang seharusnya tidak boleh disebarkan.

Kisah Hatib bin Abi Balta’ah dapat kita jadikan contoh. Ketika Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk merahasiakan tentang rencana futuh makkah. Hatib yang tidak memiliki saudara yang dapat melindungi harta dan kerabatnya akhirnya tergoda untuk menuliskan surat (menyampaikan informasi) yang harusnya tidak disampaikannya. Walaupun akhirnya Allah dan Rasulullah memaafkan tindakan Hatib yang lalai, tetap saja rasulullah memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk mencegat perempuan yang membawa surat Hatib kepada penguasa makkah agar jangan sampai rahasia itu jatuh kepada orang yang tidak berhak mengetahuinya.


Rasulullah juga menyampaikan:
إِذَا حَدَّثَ الَّرجُلُ بِاْلحَدِيْثِ ثُمَّ اْلتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ
"Bilamana seorang membicarakan sesuatu kemudian dia menoleh kepadanya maka itu adalah amanah (HR. Abu Dawud)


Dalam setiap gerakan dakwah, terdapat kerahasiaan dan kehati-hatian. Dan hal ini harus benar-benar dipahami oleh setiap orang yang berada di jalan dakwah. Maka setiap ummat muslim, khususnya pengemban dakwah harus membiasakan untuk menyampaikan informasi yang perlu-perlu saja. Hal-hal yang tidak perlu menjadi konsumsi publik tidak perlu di-posting. Dan segala sesuatu yang bersifat rahasia tetap harus dijaga. Karena kehati-hatian dan kewaspadaan lebih utama daripada terlanjur lalai.

2. Mengabarkan berita baik untuk berbagi kebahagiaan sah-sah saja tapi jangan berlebihan


Allah menyampaikan di dalam al-Qur’an:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) (QS adh-Dhuhaa [93]: 11)


Artinya sah-sah saja seandainya kita mendapatkan nikmat atau kebahagiaan dari Allah lantas kita menyampaikannya dan menceritakannya dengan saudara-saudara kita dengan harapan mereka juga akan termotivasi dan bersyukur pada Allah atas nikmat-nikmat yang juga mereka terima.

Tapi kita harus mengingat, bahwa tidak semua nikmat yang kita rasakan dan kita dapatkan harus kita ceritakan dan pampang atau kita posting. Maksudnya adalah kita hanya mem-posting yang perlu-perlu saja. Tidak semua hal harus kita posting, berusahalah untuk memposting sesuatu yang akan menginspirasi-memotivasi dan membagikan semangat, jangan terlalu berlebihan.


وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَّي وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مِجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُوْنَ
"Dan sesungguhnya orang yang paling aku dibenci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah orang yang banyak bicara (HR. Tirmidzi)



3. Menghindari menyebarkan berita yang mengundang mudharat
Yang paling banyak kita temukan dalam posting di dunia maya adalah orang dengan niat yang baik dalam memberikan informasi, namun dia tidak sadar bahwa perbuatannya itu malah mengundang mudharat. Misalnya dengan posting:


“Teman-teman sekalian, ada situs yang sangat menghina Islam disini: www.linknya-dipaste-lagi.com, kita harus mengambil langkah terhadap penghinaan ini!”.
atau yang begini:
“Jaman sekarang ancur banget, ada film yang judulnya –JUDULNYA DISEBUTIN LAGI- yang isinya banyak banget tentang pornografi dan pornoaksi. Ada adegan dewasa euy disitu. Dunia semakin parah deh”


Oklah, mungkin yang nge-pos berniat untuk memberikan informasi, tapi tanpa sadar informasi yang dia sampaikan malah termasuk menyebarkan fitnah itu sendiri, dan semakin banyak orang yang akhirnya mengakses situs tersebut, lalu menyebarkannya kembali dan seterusnya. Apa hasilnya?. Hasilnya sang pembuat situs tadi senang gembira melihat jumlah visitornya yang melangit, lengkap dengan cacian yang paling seram yang bisa dilakukan manusia disitu yang semakin membuatnya punya alasan untuk membenci Islam dan menyudutkan Islam.

Kita harus ingat bahwa memberitahu seseorang tentang sesuatu yang buruk bukan dengan mencontohkannya.

Masalahnya, banyak orang yang awalnya tidak mengetahui malah jadi mengetahui dan mengakses situs-situs yang harusnya tidak boleh diakses. Walaupun mungkin ada manfaat ketika kita menyebarkan informasi semacam ini, tapi tetap saja menolak mafsadat lebih utama dari mendapat manfaat. Sesuai kaidah yang berbunyi:


إَنَّ دَفْعَ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
Sesungguhnya, menghindari kerusakan, harus didahulukan dibanding mengambil manfaat.”


Jadi, ketika kita menemukan situs penghinaan terhadap Islam, informasi yang mengundang mudharat atau semacamnya, lebih baik kita lansgung tutup dan jangan pernah kembali. Tidak perlu membesar-besarkan dan menyebarkannya. Karena justru itu yang diinginkan pembuatnya. Toh hal yang semacam ini akan terus ada kapapnpun internet ada.

Kalau anda memiliki kekuasaan ataupun koneksi kepada orang yang bisa menghentikan, maka cukuplah informasi ini diberikan padanya saja dan tidak selain dia. Semua ini untuk menjaga agar fitnah tidak tersebar kemana-mana.

4. Tidak berlebih-lebihan dalam memberikan informasi
Seringkali kita menemukan banyak sekali hamilud dakwah yang justru ‘tebar pesona’ di setiap posting atau informasi yang dia berikan. Membuat postingnya seolah-olah terlihat ‘keren’, atau sesuatu yang diluar atau bukan kapasitasnya agar banyak comment yang mampir dan mengaguminya.


إن من أحبكم إلي وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة أحاسنكم أخلاقا , وإن أبغضكم إلي وأبعدكم مني مجلسا يوم القيامة الثرثارون والمتشدقون والمتفيهقون
Diantara orang yang aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah orang yang baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah ats-Tsartsarun (orang yang memaksakan diri untuk memperbanyak perkataan), al-Mutasyaddiqun (orang yang bicaranya kesana-kemari tanpa kehati-hatian) dan al-Mutafayqihun (orang yang sengaja memperluas cakupan pembicaraan dan membuka mulut mereka dalam pembicaraan tersebut serta memfasih-fasihkan/membagus-baguskan bahasanya dalam pembicaraan). (Muttafaq‘alaih)


Maka usahakan dalam setiap posting dan informasi yang kita berikan kita selalu berserah kepada Allah. Sama sekali tidak membuat-buat, atau membesar-besarkan perkataan, atau membuat sesuatu yang dibagus-baguskan. Kalaupun kita ingin memposting sesuatu yang menyemangati dan memprovokasi semangat, maka lakukan dengan hati-hati.

5. Tidak bersikap lemah, membuka aib diri sendiri ataupun orang lain dalam menyampaikan informasi
Saya rasa tulisan menyangkut masalah ini sudah banyak dibuat, begitu banyak tulisan yang bernada lebay, melo (melankolis) yang tidak seharusnya ditampilkan di posting. Ataupun posting yang membuka aib pribadi dan hal-hal privat yang harusnya tidak ada di ruang publik. Sehingga hal itu bisa mengundang fitnah kepadanya.


"sedang menunggu bidadari...", “Malem jum’at enaknya ngapain ya?”, "aku menanti kedatangan dirinya..", "siapakah dia yang selama ini aku rindukan..", "aku tak mengerti siapakah aku saat ini", "sedang mencoba merengkuh bulan", "Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini.. Mamah", “Sudahlah…”, “Terimakasih Cinta….”, “Semua telah berakhir…” (terus terang saya suka ngakak lalu nangis kalo baca posting/status yang beginian)


Sedangkan Rasul telah memperingatkan kita untuk menjauhi fitnah:


إن السعيد لمن جنب الفتن
Sesungguhnya kebahagiaan bagi siapa saja yang menjauhi fitnah (HR. Abu Dawud)


Walhasil, atas semuanya itu kita dapat mengambil kesimpulan bahwa posisi kita sebagai hamilud dakwha telah membawa kita pada suatu kedudukan dan tanggung jawab yang lebih besar dan berat dibandingkan yang belum berkomitmen dalam dakwah. Setiap kata-kata, posting, informasi yang kita keluarkan akan diawasi dan dimonitor oleh semua pihak, baik yang suka ataupun yang tidak suka. Karena itu lebih berhati-hatilah dalam memilih informasi mana yang akan kita bagikan.

Dakwah memang sulit dan sudah sulit, jangan dibuat lebih sulit lagi. Refreshing boleh, bercanda boleh, asal jangan berlebihan dalam memanfaatkan dunia maya. Gunakan dunia maya sebagai wasilah untuk memperluas jangkauan dakwah. Bagikan semangat Anda pada yang lain dengan kontribusi apapun. Insya Allah semua yang kita lakukan di dunia maya termasuk kebaikan yang akan dicatat oleh Allah.

Wallahu a’lam bi ash-shawab

Akhukum Fillah,
Felix Siauw